Minggu, 23 September 2012

Kasus Sampang dan "Panah Beracun" Ketua Ahlul Bait Indonesia

Oleh: Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi
MESKI berbagai data keterlibatan pihak Syiah sebagai provokator dalam konflik Sampang jilid II ini benar-benar nyata, tokoh Syiah Indonesia, Hasan Daliel justru menuding adanya tangan-tangan Zionis Israel bermain dalam konflik Sampang. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ahlul Bait Indonesia, itu menilai Israel memiliki kepentingan untuk memecah Syiah-Sunni Indonesia. Sebab, kata Hasan Daliel, Syiah dan Sunni punya potensi menjadi kekuatan besar yang ditakuti dunia. "Jika dua sayap ini bersatu maka bisa menghadang kekuatan-kekuatan jahat dunia," terangnya dalam doa bersama Ahlul Bait Indonesia untuk korban Sampang di Tugu Proklamasi, Jakarta Selatan, Selasa malam (28/08/2012).

Ucapan Hasan Daliel ini bagai panah beracun, yang masuk menembus tubuh tapi diam-diam punya efek mematikan. Kenapa? Karena ucapan ini tidak lain adalah penggiringan opini bahwa kebencian umat Islam terhadap kaum Syiah adalah skenario yang dimainkan Israel, bukan dilandasi faktor akidah. Jadi membincangan konflik Suni-Syiah menjadi tidak relevan karena perbedaan diantara kelompok tersebut menjadi gugur dengan sendirinya.


Pertanyaannya adalah betulkah selama ini konflik Suni-Syiah adalah skenario yang dimainkan Zionis Yahudi? Bukankah selama ini umat Islam di Iran justru mengalami penindasan oleh rezim Syiah? Mereka ditindas, tidak boleh sholat dan beribadah justru karena ulah tangan-tangan Syiah sendiri tanpa keterlibatan Israel. Jadi ucapan Hasan Daliel menjadi tidak relevan.


Kehidupan Yahudi di Iran pun selama ini tenang-tenang saja, mereka diberi hak-haknya. Tidak ada tanda permusuhan dari seorang Ahmadinejad. Bahkan Iran adalah Negara di Timur Tengah yang menampung Yahudi terbanyak setelah Israel dengan jumlah populasi yang mencapai 50.000 orang dan tersebar di tiga kota, Teheran, Isfahan, dan Shiraz. Berbeda dengan umat Islam (untuk menyebut Suni) yang mengalami penindasan.


Umat Islam di Iran juga mengalami penekanan yang sistematik selama bertahun-tahun. Pemimpin mereka, seperti Ahmed Mufti Zadeh dan Syeikh Ali Dahwary, dipenjarakan kemudian dibunuh. Pemerintah Iran juga menghancurkan masjid-masjid kaum Sunni, bahkan adzan kaum Sunni pun dilarang oleh pemerintah Iran.


Hebatnya, seakan berbanding terbalik, Sinagog Yahudi justru banyak bertebaran di seantero Iran, di Teheran sendiri ada 10 tempat ibadah kaum Yahudi laknatullah tersebut. Mereka aman, sejahtera, dan sentosa.


Beberapa waktu lalu seorang Ulama Syiah sempat membuat pernyataan mengejutkan, Menurut Ulama Syiah Mahmud Nubia, bahwa penasehat teras atas Ahmadinejad, Esfandiar Rahim Mashaei, menyatakan bahwa Iran harus memiliki “hubungan yang bersahabat” dengan Negara Yahudi, namun Ahmadinejad menahan diri dari posisi ini di depan umum karena pemimpin tinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei sangat keberatan dengan hal ini.


Nubia lebih lanjut menyatakan bahwa Presiden Iran secara pribadi mengatakan kepadanya bahwa ia mendukung pernyataan Mashaei, tapi tidak bisa berkata apa-apa karena menghormati pemimpin tertinggi Syiah Iran, Ali Khamenei.


Sejatinya, menurut Husain Ali Hasyimi, dalam tulisannya, Al-Harbul Musytarakah Iran wa Israil bahwa sejak zaman Syiah Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Zionis Yahudi. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi Syiah yang dipimpin oleh Khumaini.


Bahkan pada tahun 1980-1985, Zionis Yahudi merupakan Negara pemasok senjata terbesar ke Iran. Sandiwara “permusuhan” Iran dan Yahudi mulai terbongkar, ketika pesawat kargo Argentina yang membawa persenjataan dari Yahudi ke Iran tersesat, sehingga masuk ke wilayah Uni Soviet, dan akhirnya di tembak jatuh oleh pasukan pertahanan Uni Soviet. Dikisahkan, Iran membeli persenjataan dari Yahudi seharga 150 juta dolar Amerika, sehingga untuk mengirimkan seluruh senjata tersebut, dibutuhkan 12 kali penerbangan.


Lebih dari itu, Amerika juga pernah terlibat skandal dengan Iran dimana Ronald Reagen, (yang kala itu menjadi Capres) pernah berpura-pura memerangi Khomeini, akan tetapi di belakang layar justru Amerika gencar mengirimkan senjata-senjata mutakhir untuk memenangkan Khomeini.


Lewat investigasi berkepanjangan akhirnya skandal Iran Gate ini pun akhirnya terbongkar. Reagan dianggap menjurus pada tindakan kriminal, terlebih telah melibatkan CIA dan Partai Republik dengan seluruh kegiatannya menjalin hubungan dengan Iran. Reagan pun akhirnya membuat pernyataan resmi kepresidenan tentang hubungan AS-Iran. Dikatakan tidak ada masalah apa pun dalam hubungan kedua negara. Negeri ini juga tidak lagi memberi indikasi teror yang mengancam AS. Dan hingga kini “kedekatan” ini terus berlangsung. Meski mengecam keberadaan Iran, belum ada satupun peluru Amerika turun di Teheran. Begitu juga sebaliknya, tidak ada satu peluru dari senjata Iran turun memberondong tentara Amerika. Perlawanan terhadap imperialism Amerika di Timur tengah justru dilakukan oleh para mujahidin Islam yang berfaham Ahlus Sunnah wal jama’ah. padahal di dekat Iran, ada Afghanistan dan Irak yang tengah bergejolak akibat invasi tentara Amerika.


Jadi dengan sederet fakta ini, ucapan Hasan Dalel menjadi gugur sendirinya. Sebaiknya, pihak Syiah tidak membuat analisis yang justru mengaburkan konflik sebenarnya di Sampang. Kita ketahui bersama melalui investigasi, bentrok di Sampang tidak lain murni diawali oleh pengikut Syiah. Ajaran Syiah yang memang berbeda dengan Islam justru dikampanyekan
door to door ke rumah-rumah warga yang sudah teguh memilih jalan Islam. Umat Islam di Sampang hanyalah melakukan pembelaan atas ajaran Syiah yang dianggap mencela para Sahabat Nabi. [baca; 50 Ulama Telah Peringatkan Ajaran Tajul Muluk]

MUI pusat bersama MUI Jatim pun seringkali turun ke Sampang untuk mendamaikan konflik Syi’ah dan umat Islam yang sudah berlangsung lama. Namun pihak Syi’ah dinilai selalu memancing perkara dengan materi pengajian-pengajian yang provokatif, hal inilah yang menyulut kemarahan warga. Namun belakangan selalu diabaikan, bahkan diarahkan seolah-olah persoalannya hanya urusan cinta dan keluarga.*


Penulis adalah Koordinator Kajian Zionisme Internasional

Rep: Administrator
Red: Cholis Akbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar