Hidayatullah.com--Konflik
berdarah di Suriah hingga kini masih berlanjut. Sebagian besar media
cetak ataupun elektronik memberitakan,bahwa kejadian di Suriah hanya
sekedar isu politis.
Sehingga opini yang terbentuk di masyarakat dan menyebar luas adalah
rakyat yang hanya tidak puas dengan kepemimpinan Bashar Al-Asad. Namun,
sesungguhnya yang terjadi adalah, rakyat di Suriah ingin kembali kepada
ajaran Islam sesuai sunnah.
Karena sejak kurun waktu 50 tahun terakhir, rakyat Suriah dikungkung
oleh rezim Bashar yang mengharuskan mengikuti ajaran sesat dirinya,
yakni paham Syiah Nushairiyah (Syi'ah ekstrem).
"Wartawan hendaknya menyampaikan apa yang terjadi sebenarnya di
Suriah. Wartawan mempunyai kewajiban mengungkap konspirasi yang tragedi
di Suriah," kata Ghiyats Abdul Baqi, aktivis Syrian Society for Humanitarian di Aula Gedung Dewan Dakwah Islam Indonesia,Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Ahad (17/06/2012) sore.
Secara gamblang Ghiyats mengatakan bahwa ini bukan hanya konflik bernuansa politik tetapi lebih kepada perang akidah.
"Ini perlawan rakyat Suriah sejak ayahnya Al-Asad berkuasa 50 tahun
lalu. Tapi, maha suci Allah, setelah 50 tahun rakyat Suriah tidak
berubah tauhidnya," imbuh Ghiyats.
Ghiyats dan rakyat Suriah juga menyesalkan sikap PBB. Karena, PBB
hanya mengutuk keras dalam perkataan saja, tapi tidak dalam tindakan.
"PBB hanya mengumbar janji, tetapi tidak ada realisasinya," ucapnya.*
Rep: Niesky Abdullah
Red: Cholis Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar