Habib Muhdhor Al-Hamid, Mengokohkan Aswaja
Puger (nukencong) – Pengajian 7 Juni 2012 jadi terlaksana tadi malam, namun
ternyata isu penyerangan warga pada acara pengajian 7 Juni tadi malam ini
terhadap PP. Darus Sholihin Pimpinan Ust. Ali al-Habsyi Puger Kulon Jember,
sama sekali tidak terbukti.Isu itu sengaja dihembuskan oleh pihak Ust. Ali yang berfaham Syiah, agar pengajian tersebut menjadi gagal. Mengingat pengajian tersebut akan dihadiri oleh Habib Muhdhor bin Muhammad al-Hamid yang sangat fokal terhadap kelompok Syiah dan ajarannya. Mereka khawatir kedok mereka terbongkar. Mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan pada tanggal 30 Mei silam, justru membuka kedok mereka sendiri dan membuat sadar masyarakat yang selama ini dibohongi oleh Ust. Ali.
Karena isu penyerangan ini sangat santer di masyarakat, maka pengajian ini mendapatkan pengamanan ketat dari aparat kepolisian. Mereka sengaja diterjunkan Polres jember untuk mengamankan acara pengajian ini dan sebagi antipasti terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Ketika acara pengajian digelar tadi malam Nampak para aparat yang sedang berjaga-jaga di sejumlah titik setrategis. Mulai dari simpang tiga pasar Gumukmas yang menuju ke Puger sudah dipenuhi oleh aparat. Juga di simpang tiga Kasian yang mengarah ke Puger tidak lepas dari penjagaan aparat.
Sebagaimana diberitakan bahwa pada hari Rabu (30/05) silam, terjadi penyerangan terhadap Ust. Fauzi di kediamannya. Penyerangan itu dilakukan oleh sekolompok orang pengikut Ust. Ali al-Habsyi yang melengkapi diri mereka dengan Sajam (senjata tajam). Mereka menuntut agar pengajian 7 Juni teresebut digagalkan. Mereka menilai bahwa pada pengajian 7 Juni tersebut akan ada penyerangan warga terhadap PP. Darus Sholihin. Padahal Ust. Fauzi yang menjadi target penyerangan bukanlah ketua ataupun anggota panitia pengajian tersebut. Beliau juga bukanlah tokoh yang sering mengkritik Syiah ataupun membenci para Habaib. Bahkan beliau adalah pecinta Habaib. Beliau hanyalah seorang guru ngaji biasa yang mengasuh sebuah Musholla kecil disamping rumahnya.
Menurut masyarakat Puger, aksi mereka ini termasuk yang kedua kalinya. Aksi yang pertama mereka lakukan pada beberapa tahun silam, ketika kelompok pengajian Ust. Ahmadi berencana akan mengundang Habib Muhdhor juga. Meskipun tidak terjadi penyerangan sebagaimana aksi mereka pada kali kedua ini, namun mereka sempat membuat teror dan suasana memanas. Mereka mengancam akan menurunkan paksa Habib Muhdhor apabila pengajian tersebut jadi digelar. Namun ternyata ancaman mereka ini hanyalah teror belaka.
JALANNYA PENGAJIAN
Pengajian yang digelar tadi malam diprakarsai oleh sebuah organisasi pemuda yang menamakan diri mereka Anker. Anker adalah kepanjangan dari Anak Kerajan Puger Wetan. Pengajian ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam 1431 H, dengan menghadirkan pembicara utama Habib Muhdhor bin Muhammad al-Hamid dari Tanggul dan KH. Romzi dari Probolinggo.
Pengajian ini baru kali pertama digelar oleh keluarga besar Anker, sebagaimana diungkap oleh ketua panitia dalam sambutannya. Menurutnya kegiatan-kegiatan yang biasa digelar Angker adalah pentas-pentas yang bersifat hura-hura dan menjurus pada kemaksiatan, seperti jaranan, campursari, orkes dan lain sebagainya. alhamdulillah untuk kali ini tidak seperti itu, dan mudah-mudahan kegiatan Angker ini terus positif, ungkapnya.
Pengajian ini dikemas seperti halnya pengajian pada umumnya. Dimulai dengan lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an dan pembacaan sholawat Nabi oleh group Ahbabur Rasul. Kemudian diisi dengan sambutan-sambutan dari ketua panitia, Rois Syuriah PCNU Kencong, perwakilan tokoh masyarakat Puger dan mauizhoh hasanah oleh kedua penceramah utama serta diakhiri dengan do’a
Tampil sebagai pembicara pertama adalah KH. Romzi dari Probolinngo. Beliau meminta kepada panitia untuk tampil pertama, karena beliau harus pindah tempat, ditunggu jama’ah di Lumajang dalam acara yang sama.
Dalam ceramahnya beliau menghimbau kepada jama’ah agar senantiasa melaksanakan kewajiban sholat lima waktu yang diperintahkan Allah pada waktu Nabi melakukan Isra’ dan Mi’raj. Beliau juga menghimbau agar para jama’ah mengajarkan kepada putra-putrinya baca-tulis al-qur’an dengan memasukkan mereka di TPQ-TPQ agar mereka bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dan nantinya mereka bisa mendoakan kedua orang tuanya, jika kedua orang tuanya telah tiada.
Pembicara kedua adalah KH. Ahmad Khoiruzzad Maddah (Gus Yak), Rois Syuriah PCNU Kencong. Beliau meminta agar bisa memberikan sambutan di awal, karena beliau juga harus berpindah tempat dan memohon izin kepada para jama’ah untuk tidak mengikuti acara sampai selesai.
Dalam kesempatan ini beliau menceritakan tentang peristiwa Isra’ Mi’raj dengan ringkas lalu sedikit menanggapi kaset rekaman Ust. Ali yang menyatakan bahwa penyebutan sayyidina oleh Ahlussunnah terhadap para sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman serta sahabat yang lain tidak ada dalilnya. Menurut Gus Yak, pernyataan Ust. Ali tersebut sangat tidak benar. Sebab penyebutan sayyidina terhadap para sahabat nabi tersebut telah dijelaskan dalam kitab-kitab para Ulama’, seperti kitab Syarqowi. Kemudian beliau bacakan ‘ibaroh yang ada dalam kitab tersebut.
KH. Maulana Syuhada’ yang tampil ketiga mewakili tokoh masyarakat puger, merasa bersyukur atas terselenggaranya acara ini. Karena Anker yang merupakan panitia pelaksana pengajian, biasanya kalau mengadakan kegiatan tidak pernah ada yang bernuansa religious. Beliau juga memberikan bantahan terkait pelecehan terhadap sahabat-sahabat Nabi.
Sementara itu, Habib Muhdhor yang merupakan pembicara utama dan yang ditunggu para jama’ah, disamping beliau menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj sesuai tema pengajian, beliau menggunakan kesempatan ini untuk memberikan bantahan terhadap pernyataan-pernyataan Ust. Ali dalam kaset rekaman yang sudah tersebar dikalangan para tokoh dan masyarakat Puger. Beliau membantah semua pernyataan Ust. Ali tersebut satu demi satu, agar masyarakat faham dan tidak mudah dibohongi oleh mereka, tukasnya.
Beliau menjelaskan bahwa dari pernyataan-pernyataan Ust. Ali tersebut, jelas kalau dia berfaham Syiah. Oleh karena itu Beliau menuntut kepada aparat kepolisian agar segera menutup Ponpes Darus Sholihin, atau yang lebih layak kata beliau disebut Ponpes Darus Fasidin atau Darul Fasiqin. Sebab kalau Ponpes ini dibiarkan beraktifitas, maka banyak masyarakat yang akan menjadi korban kesesatan faham Syiah ini. Dan mereka akan tambah membuat ulah. Terbukti kasus penyerangan terhadap kediaman Ust. Fauzi pada tanggal 30 Mei silam. Mereka telah berani pamer kekuatan, meskipun jumlah mereka masih sedikit, apalagi kalau jumlah mereka sudah banyak, imbuh Habib Muhdhor memberikan alasan.
Habib Muhdhor menyerukan berulang-ulang kepada aparat kepolisian yang saat itu banyak yang hadir, agar tuntutannya benar-benar didengarkan dan diperhatikan. Beliau memberikan jaminan keamanan apabila tuntutan beliau dan masyarakat ini diperhatikan. Dan pihak Habib Muhdhor dan masyarakat akan tetap bersabar dan menahan diri selama proses berlangsung. Namun kata Habib, apabila tuntutan mereka ini tidak ada perhatian dan tidak ada tindakan aparat, maka jangan salahkan kalau Habib Muhdhor dan massanya menggunakan cara mereka sendiri untuk menutup Ponpes tersebut.
Habib Muhdhor juga menuntut kepada aparat agar pelaku penyerangan terhadap kediaman Ust. Fauzi semuanya ditangkap. Sementara ini hanya satu pelaku yang sudah ditangkap, itupun hanya anak-anak, sementara pelaku yang lain bebas berkeliaran dan enak-enakan bermain karaoke, jelasnya. Beliau menegaskan apabila tuntutannya ini juga tidak digubris, maka beliau berjanji akan menangkap mereka sendiri.
Dalam ceramahnya, Habib Muhdhor juga menjelaskan bahwa Ahlussunnah adalah pecinta-pecinta para Habaib keturunan Rasul. Bukan seperti yang dituduhkan oleh orang-orang Syiah. Namun, kecintaan Ahlussunnah terhadap para dzurriyah Rasul tidak membabi buta, ada aturanya, Beliau menjelaskan. Beliau menyitir perkataan Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad yang menyatakan bahwa setiap orang yang mengaku Habib atau dzurriyah Rasul apabila mempunyai keyakinan yang tidak sesuai dengan aqidah Nabi dan mencela sahabat-sahabat beliau, maka titel Habibnya telah tercopot.
Di akhir ceramahnya, Habib Muhdhor meminta kepada para jama’ah untuk bersabar dan tidak bertindak anarkis, karena Ahlussunnah tidak suka tindakan anarkis. Beliau meminta jama’ah untuk pulang ke rumah masing-masing dengan damai dan mempercayakan masalah ini kepada aparat untuk menanganinya.
Massapun bubar dengan tenang dan pulang ke rumah mereka masing-masing dengan damai, tanpa ada satupun massa yang melakukan tindakan anarkis, apalagi melakukan penyerangan terhadap Ponpes. Darus Sholihin. Sehingga apa yang diisukan oleh kelompok Ust. Ali akan ada penyerangan dalam pengajian 7 Juni sama sekali tidak terbukti. Jadi siapa sebenarnya sang provokator? (Mas)
sumber nukencong.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar