PWNU Jawa Timur
bersama PCNU se-Jawa Timur hari ini (6/6) mengadakan Harlah NU yang ke 89 di
Kantor PWNU Jawa Timur. Acara tersebut dihadiri oleh ; KH. Malik Madani (PBNU),
KH. Miftahul Akhyar (Rais), KH. Basori Alwi ( Musytasar), Habib Zein Al
Kaff (Wakil Ketua), KH Agoes Ali Masyhuri, KH Nuruddin A Rachman, dan PCNU
se-Jatim. Dari PCNU Kencong hadir ; KH. Khoirruzad Maddah (Rais), Samsulhadi
(Sekretaris), dan H. Asyhar (Bendahara).
Peringatan
Harlah NU kali ini dikembalikan pada hitungan tahun hijriyah, selaras dengan
keinginan warga Nahdliyin dalam Muktamar di Makassar. Yakni, setiap tanggal 16 Rajab.
Warga NU harus mengetahui, bahwa organisasi yang didirikan para ulama ini
didirikan di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau bertepatan 31 Januari
1926.
Dalam sambutannya PWNU menyampaikan “Aswaja harus menjadi alat terhadap berkembangnya Islam dan sekaligus benteng dari rongrongan kelompk lain”. Kejadian di Tulungagung, Puger adalah upaya dari pihak tertentu untuk merongrong NU, imbuhnya. Untuk itu mulai minggu depan PWNU dalam rangka inventarisi warga NU akan mengadakan Kartanu, pemetaan potensi NU.
Selanjutnya
tausiyah disampaikan oleh KH. Malik Madani (Katib Am). “Semakin besar maka
angin yang menerpa tanpak makin kencang. Ungkapan ini pantas dijadikan gambaran
NU saat ini. Sebab, banyak aliran yang tidak sejalan berusaha untuk merongrong
kejayaan NU. Dapat dikatakan tantangan yang dihadapi datang dari segala
penjuru.” Demikian dikatakan KH Abdul Malik Madaniy, Katib Aam PBNU dalam
Tasyakuran Hari Lahir (Harlah) ke- 89 NU di gedung PWNU Jatim, Rabu (6/6).
Menurutnya,
liberalisasi yang cenderung kebablasan menjadi salah satu tantangan NU. NU juga
menolak faham yang mengatasnamakan kebebasan beragama, seperti kehadiran Irsyad
Manji yang melecehkan Agama (pemuja setan).
"NU tidak
membela faham kebebasan yang tanpa batas," katanya dihapan pengurus NU
kabupaten/kota se-Jawa Timur.
Ia menegaskan,
kaum liberal yang bebas berekspresi kerap kali meresahkan masyarakat Muslim
terutama NU. Selain itu, munculnya pelbagai aliran yang berseberangan dengan
tradisi Islam di Indonesia menjadi perhatian warga NU.
Pada bagian lain Malik Madaniy mengingatkan, kemunculan firqah Syi'ah juga harus menjadi tantangan bersama. Kelompok ini kerapkali meresahkan penduduk sekitar seperti yang terjadi di Sampang beberapa bulan yang lalu. Syiah jelas berseberangan dengan Aswaja. Syiah awalnya takiyah, sekarang agak tampil. Ada kekuaatan besar yang membuat mereka (syiah) berani tampil terang-terangan. "Hanya saja kaum Nahdliyin jangan terpengaruh dengan isu yang mereka angkat, reaksi yang kebablasan hanya menguntungkan mereka dan merugikan kita," tegasnya. "Masalah semacam ini kita serahkan kepada aparat dengan kita tetap mengontrol," tambahnya. NU harus berjalan dengan nidhom (sistem), NU harus menyapa warga di bawah, cerdasakan mereka, apabila tidak maka orang lain yang akan menggunakannya. Karena itu, ia meminta kepada kaum Nahdliyin untuk menjaga tali persaudaraan dengan memegang teguh nilai-nilai Keislaman. "Masyarakat juga diberi hujjah bagaimana menghadapi tuduhan tidak baik kepada NU, pengurusnya harus berpegang teguh kepada AD/ART sebagai pedoman dalam menjalankan roda kepengurusan," pungkasnya. (Sam)
Pada bagian lain Malik Madaniy mengingatkan, kemunculan firqah Syi'ah juga harus menjadi tantangan bersama. Kelompok ini kerapkali meresahkan penduduk sekitar seperti yang terjadi di Sampang beberapa bulan yang lalu. Syiah jelas berseberangan dengan Aswaja. Syiah awalnya takiyah, sekarang agak tampil. Ada kekuaatan besar yang membuat mereka (syiah) berani tampil terang-terangan. "Hanya saja kaum Nahdliyin jangan terpengaruh dengan isu yang mereka angkat, reaksi yang kebablasan hanya menguntungkan mereka dan merugikan kita," tegasnya. "Masalah semacam ini kita serahkan kepada aparat dengan kita tetap mengontrol," tambahnya. NU harus berjalan dengan nidhom (sistem), NU harus menyapa warga di bawah, cerdasakan mereka, apabila tidak maka orang lain yang akan menggunakannya. Karena itu, ia meminta kepada kaum Nahdliyin untuk menjaga tali persaudaraan dengan memegang teguh nilai-nilai Keislaman. "Masyarakat juga diberi hujjah bagaimana menghadapi tuduhan tidak baik kepada NU, pengurusnya harus berpegang teguh kepada AD/ART sebagai pedoman dalam menjalankan roda kepengurusan," pungkasnya. (Sam)
Sumber : pcnukencongberita.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar