Kamis, 14 Juni 2012

Memantapkan Aswaja NU sesuai mainstream ke Indonesiaan


PWNU Jawa Timur bersama PCNU se-Jawa Timur hari ini (6/6) mengadakan Harlah NU yang ke 89 di Kantor PWNU Jawa Timur. Acara tersebut dihadiri oleh ; KH. Malik Madani (PBNU), KH. Miftahul Akhyar (Rais),  KH. Basori Alwi ( Musytasar), Habib Zein Al Kaff (Wakil Ketua), KH Agoes Ali Masyhuri, KH Nuruddin A Rachman, dan PCNU se-Jatim. Dari PCNU Kencong hadir ; KH. Khoirruzad Maddah (Rais), Samsulhadi (Sekretaris), dan H. Asyhar (Bendahara).

Peringatan Harlah NU kali ini dikembalikan pada hitungan tahun hijriyah, selaras dengan keinginan warga Nahdliyin dalam Muktamar di Makassar. Yakni, setiap tanggal 16 Rajab. Warga NU harus mengetahui, bahwa organisasi yang didirikan para ulama ini didirikan di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau bertepatan 31 Januari 1926.

Dalam sambutannya PWNU menyampaikan “Aswaja harus menjadi alat terhadap berkembangnya Islam dan sekaligus benteng dari rongrongan kelompk lain”.
Kejadian di Tulungagung, Puger adalah upaya dari pihak tertentu untuk merongrong NU, imbuhnya. Untuk itu mulai minggu depan PWNU dalam rangka inventarisi warga NU akan mengadakan Kartanu, pemetaan potensi NU.

Selanjutnya tausiyah disampaikan oleh KH. Malik Madani (Katib Am). “Semakin besar maka angin yang menerpa tanpak makin kencang. Ungkapan ini pantas dijadikan gambaran NU saat ini. Sebab, banyak aliran yang tidak sejalan berusaha untuk merongrong kejayaan NU. Dapat dikatakan tantangan yang dihadapi datang dari segala penjuru.” Demikian dikatakan KH Abdul Malik Madaniy, Katib Aam PBNU dalam Tasyakuran Hari Lahir (Harlah) ke- 89 NU di gedung PWNU Jatim, Rabu (6/6).

Menurutnya, liberalisasi yang cenderung kebablasan menjadi salah satu tantangan NU. NU juga menolak faham yang mengatasnamakan kebebasan beragama, seperti kehadiran Irsyad Manji yang melecehkan Agama (pemuja setan).
"NU tidak membela faham kebebasan yang tanpa batas," katanya dihapan pengurus NU kabupaten/kota se-Jawa Timur.
Ia menegaskan, kaum liberal yang bebas berekspresi kerap kali meresahkan masyarakat Muslim terutama NU. Selain itu, munculnya pelbagai aliran yang berseberangan dengan tradisi Islam di Indonesia menjadi perhatian warga NU.
Pada bagian lain Malik Madaniy mengingatkan, kemunculan firqah Syi'ah juga harus menjadi tantangan bersama. Kelompok ini kerapkali meresahkan penduduk sekitar seperti yang terjadi di Sampang beberapa bulan yang lalu. Syiah jelas berseberangan dengan Aswaja. Syiah awalnya takiyah, sekarang agak tampil. Ada kekuaatan besar yang membuat mereka (syiah) berani tampil terang-terangan. "Hanya saja kaum Nahdliyin jangan terpengaruh dengan isu yang mereka angkat, reaksi yang kebablasan hanya menguntungkan mereka dan merugikan kita," tegasnya. "Masalah semacam ini kita serahkan kepada aparat dengan kita tetap mengontrol," tambahnya. NU harus berjalan dengan nidhom (sistem), NU harus menyapa warga di bawah, cerdasakan mereka, apabila tidak maka orang lain yang akan menggunakannya. Karena itu, ia meminta kepada kaum Nahdliyin untuk menjaga tali persaudaraan dengan memegang teguh nilai-nilai Keislaman. "Masyarakat juga diberi hujjah bagaimana menghadapi tuduhan tidak baik kepada NU, pengurusnya harus berpegang teguh kepada AD/ART sebagai pedoman dalam menjalankan roda kepengurusan," pungkasnya. (Sam)
 Sumber : pcnukencongberita.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar